BAB II
HASIL WAWANCARA
· Inisial guru : F.A
· Tempat : SD 106166 Marendal II
· Tanggal : 3 April 2013
· Waktu : 12.00 WIB
Interviewer : “ selamat siang ibu, nama saya Rizki Hasanah, dari Fakultas Psikologi USU ingin mewawancarai ibu, dimana saya mendapat tugas untuk mewawancarai seorang guru mengenai pedagogi”.
Interviewee : “ selamat siang. Iya silahkan”.
Interviewer : “disini saya akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan preoses mengajar yang ibu lakukan. Pertanyaan yang pertama adalah bagaimana pandangan ibu mengenai pendidikan?”.
Interviewee : “ menurut saya pendidikan itu adalah prosedur yang sistematik dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembang kan dan menggali potensi yang ada dalam dirinya”.
Interviewer : “ nah, kalau dihubungkan dengan pendidikan yang ada di Indonesia sendiri. Menurut ibu bagaimana?”
Interviewee : “ kalau dihubungkan dengan pendidikan yang ada di Indonesia, menurut saya pendidikan di Indonesia itu kadang maju kadang mundur, kadang tidak sesuai dengan anak-anak yang kita hadapi dengan perkembangan zaman sekarang, seperti yang kita lihat sekarang ini, anak-anak yang masih tingkat sekolah dasar saja kadang sudah bisa untuk menggunakan komputer, dimana orang itu sepulang sekolah ke warnet untuk main internet, sedangkan guru-gurunya saja, seperti sayalah misalnya guru lama yang tidak bisa menggunakan komputer, ya walaupun sekarang sudah mulai ada pengembangan kemampuan guru yang sudah lama-lama mengajar seperti saya ini”.
Interviewer : “ mmm…”.
“ kalau motivasi ibu sendiri sebagai gutu itu apa?”
Interviewee : “ motivasi saya menjadi guru itu memang niat saya sendiri ingin jadi guru”.
Interviewer : “ apakah hanya niat saja yang memotivasi ibu ingin menjadi guru?”
Interviewee : “ iya, memang niat saya menjadi guru”.
Interviewer : “ ooooo…”
“ kemudian bagaimana ibu sebagai seorang guru memandang peserta didik ibu?”
Interviewee : “ kadang menyebalkan, kadang manyenangkan, kalau ketemu dengan murid yang baik senang kita, tapi kalau ketemu dengan murid yang bandel sebel juga apalagi suka melawan”.
Interviewer : “ berarti ibu mengkategorisasikan murid itu menyebalkan ketika muid ibu bandel apalagi suka melawan dan menyenangkan ketika bertemu dengan murid yang baik”.
Interviewee : “ iya seperti itu. Karena kalau misalnya murid itu mau mengerjakan tugas, dan tidak suka melawan senanglah kita ya kan, tapi coba kalau ketemu murid yang bandel, suka melawan, apa ngga sebel kita lihatnya, buat kita marah saja taunya”.
Interviewer : “ mmm….”. kalau filosofi ibu sendiri dalam mengajar bagaimana bu?”
Interviewee : “ memang, macem mana saya bilang ya, orang tua saya petani, jadi saya nekat janganlah saya jadi petani lagi, karena jadi petani itu rasanya sakit kali, kalau musim kemarau, hasil petani itu udah mengurang gitulah, jadi saya nekat apalah yang kira-kira bisa saya kerjakan, kalau sekolah ini nanti saya bisa jadi PNS, kalau sekolah ini mungkin bakalan kekgini. Kita kan harus punya tujuan, yang ternyata saya masuk SPG, terus tamat SPG tahun 1984, kemudian saya masuk program SGO, saat itu katanya guru SGO sangat dibutuhkan, jadi saya ikuti selama 4 bulan program SGO itu, langsung saya buat lamaran, kemudian saya testing dan akhirnya lulus, dan setelah saya lulus itulah saya mulai mengajar.
Interviewer : “ jadi, keinginan ibu mengajar itu karena ibu pengen lebih baik dari orang tua ibu?”
Interviewee : “ jelaslah, mungkin orang tua saya itu kan baik, pendapatan dia lebih baik daripada saya, Cuma saya ingat kalau saya jadi petani lagi, belum tentu saya seperti mereka”.
Interviewer : “ ooooo…”
“nah, biasanya di dalam kelas pendekatan mengajar seperti apa yang ibu gunakan?”
Interviewee : “tergantung di dalam, kadang anak ini pengen dibujuk, pengen dimanja di dalam, apa keinginan anak itu kita ikuti saja”.
Interviewer : “ berarti ibu menuruti keinginan dari peserta didik ibu sendiri?”
Interviewee : “ tidak selamanya, tidak selamanya kita ikuti dia, karena kadang anak-anak itu pengen diperhatikan, ya kita perhatikan, ada anak-anak ya dia cuek aja tidak mau tahu, nah bagitulah yang di dalam kelas.
Interviewer : “ berarti tidak terlalu berpusat juga kepada murid-murid ibu, ketika di dalam kelas?”
Interviewee : “ tergantung di dalam kelas itu sendiri, kadang anak-anak kepengen diperhatikan, kadang anak tidak suka pula diperhatikan, terlalu diperhatikan pun dia tidak suka”.
Interviewer : “ ketika murid ibu ada yang tidak suka diperhatikan, bagaimana cara ibu agar ibu bisa memantau keadaan anak tersebut?”
Interviewee : “ ya caranya dengan membentuk mereka kedalam kelompok-kelompok belajar agar saya bisa memantau bagimana keadaan anak itu”.
Interviewer : “ mata pelajaran apa yang ibu bawakan di dalam kelas?”
Interviewee : “ saya membawakan mata pelajaran olahraga”.
Interviewer : “ apakah ibu hanya mengajarkan teori-teorinya saja atau ada prakteknya juga bu?”
Interviewee : “ tidak selalu hanya teorinya saja, tapi juga kadang-kadang ada prakteknya juga”.
Interviewer : “ oooo….”
“ baiklah ibu, saya kira hanya itu saja yang ingin saya tanyakan, atas waktu dan informasinya saya ucapkan terima kasih”.
Interviewee : “ sama-sama, semoga informasi yang saya berikan bisa membantu”.
Interviewer : “ iya bu, selamat siang”.
Interviewee : “ selamat siang”.
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut Badan Nasional Standar Profesional Pengajaran di Amerika Serikat telah membuat rumusan yang baik tentnag pengajaran, dimana guru memfasilitasi peluang belajar siswa tidak hanya sekedar menempatkan orang-orang muda di lingkungan edukatif, melainkan juga harus memotivasi mereka, menangkap pikiran dan hati mereka, serta melibatkan mereka aktif dalam pembelajaran. Hal ini cukup sesuai dan dapat dilihat ketika guru itu mau memperhatikan kemauan dari peserta didiknya, seperti ketika peserta didiknya ingin diperhatikan oleh gurunya, maka gurunya akan memberikan perhatian tersebut kepada peserta didiknya.
Ketika di dalam kelas, guru banyak melakukan improvisasi di tengah-tengah tindakan melakukan pembelajaran alternative. Mereka selalu mempertimbangkan akan melanjutkan atau memilih alternative lain dari kegiatan pembelajaran. Mereka mengumpulkan informasi tentang siswa, mencari petunjuk, memantau apa yang terjadi pada individu atau kelompok siswa. Guru melakukan analisis atas perbedaan dan menerjemahkan pengamatan ke dalam konsep yang berguna, serta membuat pilihan dengan siswa yang pemalu dengan tingkat kecerdasan relative rendah atau siswa jenius sepertinya acuh tak acuh akan penampilan guru di dalam kelas. Hal ini dapat dilihat ketika ada peserta didiknya yang cuek dan tidak mau tahu serta yang tidak ingin diperhatikan oleh gurunya, maka gurunya membentuk mereka ke dalam kelompok belajar agar dapat melihat apa yang terjadi pada peserta didiknya.
Pendidikan prajabatan guru (preservice teacher education) mengacu pada kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk membekali calon guru dengan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas-tugas secara efektif dalam kelas, sekolah, dan masyarakat luas setelah mereka menjalankan tugas sesungguhnya. Dimana salah satu dari proses pengelolaan guru yaitu pendidikan yang ditempuh melalui perguruan tinggi (pendidikan prajabtan, prajab) yang memilki program pengadaan tenaga guru atau program studi di universitas untuk mencapai program sarjana. Hal ini kurang sesuai karena guru yang bersangkutan bukan merupakan guru yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, namun hanya lulusan dari SPG.
Pada top 10 kualitas guru yang baik, guru ini mengungkapkan salah satu dari top 10 kualitas guru yang baik, yaitu understanding atau pemahaman. Guru yang baik memilki pemahaman yang benar prima mengenai bagaimana mengajar. Mereka mengerti hal-hal kecil yang dapat memberi dampak bagi kemampuan siswa untuk belajar, seperti iklim dan suasana di dalam kelas. Seperti yang sudah disebutkan diatas, dimana ketika gurunya melihat bahwa suatu ketika peserta didiknya ingin diperhatikan oleh gurunya, maka gurunya akan memperhatikan peserta didiknya, walaupun tidak selamanya dia akan menuruti kemauan dari peserta didiknya.
Salah satu dari prinsip-prinsip pedagogis adalah masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi dan kepribadian terkait satu sama lain. Hal ini terlihat ketika ada murid-muridnya yang tidak suka diperhatikan dan ada yang dingin diperhatikan, dan guru tersebut membentuk mereka kedalam kelompok belajar agar aspek kepribadiannya dapat dikembangkan dan dibentuk dari aktivitas dan proses komunikasi dari kegiatan masing-masing kelompoknya.
Pada pedagogi abad 21, yang dikenal juga sebagai pedagogi progresif (progressive pedagogy). Dimana terdapat pedagogi formal dan vernikuler (praktis), pada pedagogi formal guru mengajarkan hal-hal yang bersifat teoritis (abstrak) sedangkan vernikuler itu pengaplikasian dari pedagogi formal(abstrak-konkret). Ini dapat dilihat ketika gurunya tidak hanya mengajarkan teori-teori saja tetapi juga aplikasi dari teori-teori itu sendiri seperti praktik olahraganya.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa guru yang bersangkutan sudah baik, karena beliau menangkap pikiran dan hati peserta didiknya seperti ketika muridnya ingin diperhatikan, maka beliau memberikan perhatiannya kepada muridnya. Beliau juga melakukan improvisasi didalam kelas dan beliau mengumpulkan informasi tentang siswa, mencari petunjuk, memantau apa yang terjadi pada individu atau kelompok siswa, ketika ada muridnya yang tidak suka diperhatikan maka beliau membentuk mereka kedalam kelompok-kelompok belajar agar beliau bisa memantau apa yang terjadi.
Pada profil guru yang diinginkan, beliau kurang sesuai dengan profil guru yang diinginkan, karena beliau bukan merupakan lulusan universitas, melainkan lulusan SPG. Dimana salah satu dari proses pengelolaan guru yaitu pendidikan yang ditempuh melalui perguruan tinggi (pendidikan prajabtan, prajab) yang memilki program pengadaan tenaga guru atau program studi di universitas untuk mencapai program sarjana.
Beliau mengerti hal-hal kecil yang dapat memberi dampak bagi kemampuan siswa untuk belajar, seperti iklim dan suasana di dalam kelas. Dimana ketika beliau melihat bahwa peserta didiknya ingin diperhatikan oleh gurunya, maka gurunya akan memperhatikan peserta didiknya, walaupun tidak selamanya dia akan menuruti kemauan dari peserta didiknya.
Beliau juga menggunakan slah satu prinsip pedagogi dan juga sudah menggunakan pedagogi abad 21, dimana beliau tidak hanya mengajarkan teori-teori pembelajaran kepada muridnya tetapi juga pengaplikasiannya seperti praktik olahraga.
BAB V
SARAN DAN TESTIMONI
Saran
Menurut saya, karakter guru yang saya wawancarai sudah baik, dimana beliau tidak hanya sekedar mengajar, tetapi juga menagkap hati dan pikiran dari peserta didiknya. Namun saran saya adalah bahwa penggunaan dari pedagogi abad 21, diamana pengajaran itu tidak hanya teorinya saja namun juga penerapannya juga pengajran yang menggunakan TIK.
Testimoni
Menurut saya dengan diadakannya wawancara terhadap guru yang aktif mengajar dan memilki pengalaman mengajar lebih dari lima tahun sangat bagus, karena selain mengasah kemampuan berbicara dan wawancara dengan seorang guru, juga mendapatkan pengetahuan bagaimana dan apa filosofinya dalam mengajar serta bagaimana kondisi di dalam kelas ketika beliau mengajar.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan., 2010., Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta